Serang, bantencom – Pengukuhan Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPD GINSI PROVINSI BANTEN) masa bakti tahun 2013 – 2018 di laksanakan di gedung KADIN Provinsi Banten Senin, 16/12/2013.
Hadir dalam acara itu perwakilan dari pengurus pusat GINSI Ridwan TE selaku Sekjen GINSI Pusat
Acara pembuka di awali dengan pembacaan ayat kursi alquran yang di bawakan oleh Rahmawati.
Pengukuhan dua organisasi GINSI dan Dewan Pimpinan Daerah Ridwan TE Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia
Badan Pimpinan Pusat GINSI Kapten Subandi membacakan SK 049/kep/dpp/12/2013
H. Lulu Kaking wakil kadin
1 dewan pembina disperindag
2 Kakanwil Bea dan Cukai
3 KSOP
Penasehat
Anang rahmatullah sh
Ket
1. Habibudin
2. Ade miftah
3. H M Suminta
4. Alawi mahmud
5. Ir hilman
6. Rifaat
7. Andi wijanarko
Sekertaris
Uki perdana
Bendahara
1. Hawasi sabrawi
2. Budi susilo utomo
pengurus BPP GINSI mengatakan Pembentukan pengurus pada bulan mei 2013. Dalam sambutannya ketua bpp
Ada sekitar 400 eksportir rakernas 18-21 desember pelatikan bln januari
Penentuan tarif kbn di tentukan oleh salah satunya adalah ginsi, Alfi (Asosiasi Logistik Indonesia) dan GPEI.
“Plt ket umum GINSI Rofik Natakusuma tidak hadir karena sakit” kata Ridwan ia hanya menuliskan sambutan yang di bacakan Ridwan. Dalam tulisannya banten cukup potensial persaingan global jangan kita takuti yang akan berlaku tahun 2015
Banten mempunyai posisi strategis karena berdekatan dengan ibukota negara dan menjadi perlintasan dari Provinsi Sumatera
Sekjen ginsi pusat Ridwan TE sesuai Permen Perhubungan no. 6 tentang peraturan tentang tarif bea impor harus di rumuskan oleh ketiga badan yaitu GINSI, GPEI, dan ALFI.
“Selama ini tarif untuk biaya importir dilakukan seenaknya tanpa memberitahukan pihak-pihak terkait yang merugikan para pemilik barang” kata Sihabudin
Sejak 2010 GINSI banten mulai di bentuk dan penyerahan nama pengurus pada bulan mei 2013. Wadah bagi para pelaku Importir dan Gabungan bagi para eksportir dalam melaksanakan aktifitasnya usahanya.
Bc4
bantencom “civil journalism for indonesia chanel”